Jumat, 02 Maret 2012

Ka’bah, ibu ku merindukan mu…


Photo by.8rurupyon8.deviantart.com
Entah untuk sekian kerapnya aku harus diam dalam jeda waktu yang membuatku getir, suara lirih berbisik dari ujung telepon malam itu. Suara lirih dengan beberapa kalimat nasehat yang biasa aku dengar setiap tiga sampai empat pekan sekali. Ya, itu adalah suara lirih ibu…seorang perempuan yang telah banyak mengeluarkan peluh demi melahirkan ku, bagi ku tak ada perempuan hebat sehebat ibu.

Aku mendapati diriku tengah duduk bersadar pada salah satu bidang berbentuk persegi berukuran tiga kali dua, tiba-tiba saja satu alat canggih ku yang mampu menyampaikan beberapa suara dari manusia yang berada jauh dariku itu berbunyi *tanda dimana aka ada beberapa suara yang akan ia sampaikan.

Mulailah aku bercakap hangat dengan ibu, sebagai terapi kerinduan mungkin, bertanya kabar, atau bahkan mungkin  berkeluh kesah tentang banyak hal, apapun itu ibu adalah pendengar setia buat semua keluh kesah ku, begitu juga sebaliknya aku (tapi tetap tak sehebat setianya ibu).
Ada beberapa kalimat sedehana dari ibu yang membuat kedua alisku menjadi awan yang gelap, pertanda akan ada hujan. Hujan yang akan membasahi seluruh bagian mata ku.

       “ade, ibu sekarang mulai menabung…”  kata ibu…
          “nabung buat apa Bu? jawab ku singkat...
       “buat naik haji.” (Ibu jawab sambil tersenyum)
          “aku hanya diam, entah perasaan apa yang muncul saat mendengar            seorang ibu berkata seperti itu kepada anaknya, aku tak bisa                mendeskripsikan perasaan ku saat itu”
       “halo le, kok diam…? (Tanya ibu dengan nama kesayangannya pada    ku yang berarti tole…)

Sampai ibu menutup teleponya aku tak banyak bicara seperti sebelumnya, seperti beberapa nasehat singkat yang ibu katakana padaku beberapa menit sebelum menutup teleponnya.

Setelah itu aku serasa ingin melipat-lipat waktu jauh kedepan, dan bila saja aku boleh berandai, aku ingin tiba pada satu hari dimana aku akan menerima gajih pertama ku dan gajih itu cukup untuk mengantarkan ibu hingga dapat memegang bahkan mencium dinding Ka’bah, akan aku berikan semua itu untuk ibu. 

Maafkan aku ibu…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar