Rabu, 03 Agustus 2011

Ayah Abu Hanifah, Si Pencuri Apel

Kita tentu tidak asing lagi dengan nama Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit rahimahullaah. Beliau adalah salah satu dari empat ulama mazhab, selain Imam Asy-Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal, dan Imam Malik bin Anas rahimahumullah. Ada kisah menarik, berkaitan dengan beliau, tetapi kisah ini bermula di saat beliau belum lahir. Pada abad pertama hijiriah, terdapat seorang pemuda yang mengabdikan dirinya untuk menuntut ilmu syar’i, tetapi ia sangat miskin. Suatu hari ketika ia merasa sangat lapar dan tidak mendapatkan sesuatu apapun yang bisa dimakan. Ia berusaha mencari makanan di luar rumahnya. Kemudian, ia berhenti di salah satu kebun yang penuh dengan pepohonan apel, yang salah satu rantingnya menjulur ke jalan. Karena sangat lapar, ia terdorong untuk memakan apel tersebut, apalagi ia merasa perlu untuk mempertahankan raganya. Ia juga berpikir bahwa tidak ada seorangpun yang melihatnya, disamping ia juga merasa bahwa kebun tersebut tidak akan berkurang dengan sebab satu biji apel saja. Maka, ia beranikan diri untuk memetik satu buah apel dan memakannya hingga rasa laparnya hilang. Ketika beranjak pulang ke rumah, jiwanya mulai mencacinya. Beginilah contoh kondisi seorang mukmin yang tidak bisa tenang jika telah melakukan pelanggaran. Ia duduk termenung sambil berkata,
“Bagaimana aku bisa memakan buah apel itu padahal itu adalah harta seorang muslim, dan aku belum meminta izin kepadanya?
Akhirnya, pemuda tersebut pergi mencari pemilik kebun itu sampai didapatkkannya. Lalu, ia berkata kepada pemilik kebun,
“Wahai paman, kemarin aku ditimpa rasa lapar yang sangat. Maka, aku memakan satu buah apel dari kebunmu tanpa sepengetahuanmu. Sekarang aku datang kepadamu untuk meminta izin kepadamu.”
Pemilik kebun berkata
“Demi Allah, Aku tidak memaafkanmu. Bahkan, aku akan menggugatmu kelak pada hari kiamat di sisi Allah.”
Mendengar itu, pemuda itu langsung menangis dan memohon kepadanya supaya memperkenankannya, sambil berkata,
”Saya siap untuk bekerja apa saja dengan syarat agr kamu memaafkanku dan menghalalkan apel itu untukku.”
Pemuda itu terus memohon kepada si pemilik kebun, sedangkan pemilik kebun justru semakin bersikukuh, lalu pergi meninggalkannya. Namun, pemuda itu membuntutinya dan tetap memohon maaf kepadanya hingga ia masuk rumah. Pemuda itu menunggu di sisi pintu, memantinya keluar untuk shalat Ashar. Ketika si pemilik kebun keluar rumah untuk suatu urusan, pemuda itu ternyata masih tetap berdiri dengan air mata yang membasahi jenggotnya. Pemuda itu berkata lagi,
“Wahai pamanku, sungguh aku siap untuk bekerja sebagai petani di kebun ini tanpa diberi upah sepanjang umurku atau apa saja yang kamu inginkan, tetapi dengan syarat Anda memaafkanku."
Pada saat itu, pemilik kebun berpikir sejenak, kemudian berkata,
“Anakku, aku siap untuk memaafkanmu sekarang, tetapi dengan satu syarat.”
Mendengar itu, si pemuda langsung gembira adn wajahnya berseri bahagia. Dia berkata,
”Berikanlah syarat sesukamu wahai pamanku.”
Si pemilik kebun berkata,
”Syaratku adalah supaya Kamu menikahi putriku.”
Pemuda itu terperanjat bukan kepalang mendengar jawaban itu. Dia sama sekali tidak pernah menyangka mendapat syarat ini. Namun, si pemilik kebun melanjutkan perkataannya,
” Akan tetapi, wahai anakku, ketahuilah bahwa putriku buta, tuli, bisu, dan juga lumpuh, tidak pernah berjalan sejak lama. Aku telah mencarikannya seorang suami yang dapat kupercaya untuk melindungi dan mendampinginya dengan segenap kriteria-kriteria yang disebutkannya. Apabila Kamu menyetujuinya, aku akan memaafkanmu.”
Pemuda itu kembali terperanjat bukan kepalang dan merasa mendapat musibah yang kedua kalinya. Dia mulai berpikir bagaimana ia akan hidup dengan ketidaksempurnaan seperti ini, terlebih dia masih berusia belia? Bagaimana istrinya nanti akan melaksanakan urusan-urusannya, menjaga rumah dan memerhatikannya, sedangkan ia memiliki kekurangan-kekurangan tersebut? Dia mulai memperhitungkan dan berkata,
“Aku akan bersabar atasnya di dunia agar aku selamat dari petaka apel tersebut.”
Kemudian, ia berkata kepada pemilik kebun,
“Wahai paman, aku telah menerima putrimu. Aku memohon kepada Allah semoga Dia memberiku pahala atas niatku dan memberiku ganti yang lebih baik dari yang kuterima.”
Pemilik kebun berkata, “Baiklah anakku, waktumu hari Kamis depan di rumahku untuk pesta pernikahanmu. Aku yang menanggung maharmu.” Hari kamis pun tiba. Pemuda datang dengan langkah berat, batin sedih, dan hati hancur, tidak seperti layaknya calon pengantin yang pergi menuju hari pernikahannya. Ketika ia mengetuk pintu, bapak sang wanita membukakannya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Setelah berbicang-bincang, ia berkata kepadanya,
“Anakku, silahkan masuk kepada istrimu. “Semoga Allah memberkahimu dalam kebahagiaan dan kesusahanmu, dan mengumpulkan kalian berdua di atas kebaikan.”
Lalu, ia memegang tangan si pemuda dan membawanya ke kamar putrinya. Ketika si pemuda membuka pintu dan melihat istrinya, ternyata ia justru mendapati seorang gadis putih yang sangat cantik, dengan rambut terurai seperti sutra di atas pundaknya. Istrinya itu langsung bangkit, ternyata ia berperawakan tegak. Kemudian, ia berjalan ke arah suaminya dan memberinya salam, “Assalamu’alaikum suamiku...” Si pemuda tetap berdiri di tempatnya sambil memerhatikan gadis yang baru ditemuinya itu. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Namun, gadis itu memahami apa yang berputar di benak suaminya. Ia menghampirinya, menjabat tangannya, dan mencium tangannya, lalu berkata,
“Sesungguhnya aku adalah buta dari melihat yang haram...” ... bisu dan tuli dari mendengar hal yang haram ... ... dan kedua kakiku tidak pernah melangkah kepada hal yang haram ... ... Aku adalah anak semata wayang bapakku. Sejak beberapa tahun lalu, bapakku mencarikanku suami yang shalih. Maka, ketika Kamu datang meminta izin kepadanya karena satu buah apel dan kamu menangis karenanya, bapakku mengatakan bahwa barangsiapa takut memakan satu buah apel yang tidak hala baginya, pasti dia akan lebih takut kepada Allah dalam menjaga putriku, katanya ... Alangkah bahagianya aku yang telah mendapatkanmu sebagai suami, dan alangkah bahagianya ayahku dengan nasabmu” ................
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا () وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (Ath-Thalaq: 2-3)

Kemudian, setelah setahun berlalu, sang istri dikaruniani seorang anak hasil hasil benih yang ditanam pemuda yang termasuk orang-orang langka umat ini. Tahukah Anda siapakah anak kecil itu? Anak kecil itu adalah Abu Hanifah An-Numan bin Tsabit, ahli fiqh mazhab Islam yang mahsyur. Ulama besar yang keilmuannya terpandang di kalangan para bangsawan. Dialah ulama yang karena kewara'annya, dicambuk oleh Ibnu Hubairah (pegawai pemerintah di bawah Khalifah Bani Umayyah) sebanyak 110 cambukan karena menolak diangkat sebagai pegawai negeri dengan jabatan prestisius, Hakim. Dialah ulama yang dipenjara khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abu Ja'far Al-Manshur, karena menolak iming-iming untuk dijadikan hakim pula.
  • Dan kita bisa mengambil pelajaran bahwa benarlah apa yang dikatakan Syaikh Musthafa Al-'Adawi -hafizhohullah- (dalam Fiqh Tarbiyautl Abna') bahwa,
Kebaikan dan amal shalih kedua orang tua, memiliki pengaruh yang besar terhadapa perkembangan seorang anak, dan bermanfaat bagi mereka, baik di dunia maupun di akhirat. Demikian pula amal buruk dan dosa-dosa besar yang dilakukan oleh kedua orang tua, memiliki dampak negatif terhadap pendidikan anak.

oleh http://imammuslim.com/

http://muslimmoderat.wordpress.com/

http://muslimmoderat.wordpress.com/

Nikmatnya Berbuka, Walau Hanya dengan Segelas Air Putih

Assalammualaikum Wr.Wb
            Entah harus dari mana aku memulai cerita ini, jujur aku malu menceritakannya kepada kalian teman. Tapi ku abaikan rasa malu itu, aku berharap semoga cerita ini menjadi sedikit inspirasi buat kalian. Amin ya rabb…
Aku adalah seorang mahasiswa rantau yang hidup sebatang kara dikota orang, yaa,..jauh dari orang tua tentunya? Mungkin kamu  merasakan hal yang sama sepertiku. Kamu pasti tau kan teman bagaimana rasanya hidup seperti ini?hee…
            Enggak terasa udah masuk bulan ramadhan lagi, dan lagi-lagi aku harus menjalani bulan ini sendiri. Sedih rasanya nggak bisa kumpul sama keluarga, maka bersyukurlah kalian teman yang bisa ngejalanin bulan ramadhan bersama keluarga kalian, buka puasa bersama,shalat jama’ah bersama, sahur bersama. Pasti menyenangkan ya…? (jadi kangen keluarga)…hee..!! oh ya, ini adalah hari ketiga kita berpuasa bagaimana dengan puasa kalian teman, aku yakin pasti menyenangkan bukan? Jujur saat ku tulis cerita ini aku lagi seneng banget, aku lagi duduk disebuah teras mesjid peninggalan Kanjeng Sultan Hamengkubuwono. Kalian pasti tau kan.
Ya benar,.. Mesjid Agung Kauman..!! sekarang tepat pukul 02.46, setalah barusan shalat tarawih aku duduk disini, huuuh jujur badan sedikit kaku habisnya pak imam baca surat yang panjangnya SubahanAllah..heee??
Aku mau ketawa kalau ingat tadi waktu buka puasa, berbuka hanya dengan segelas air putih. Jujur aku malu katakana ini pada kalian, mungkin kalian berbuka puasa dengan minuman dan makanan yang enak-enak sesuai selera kalian sedangkan aku hanya dengan segelas air putih, haduuuh enggak bisa ngebayangin kan gimana rasanya?hee.. eh jangan salah, menurutku nikmat sekali teman. Yang tadinya perutku bernyayi kroncong yang judulnya lapar eh berubah judul jadi kenyang. SubhanAllah…tau enggak kenapa aku hanya berbuka dengan segelas air putih, biasa nasib anak kos. “KERE” alias kantong kering. Yeeeess,horeee aku kere…( elooh ko aku seneng se kere )hehehe… setidaknya aku masih punya air putih buat berbuka. Ya gak..? berbahagialah kalian yang lebih beruntung dari aku.
Semoga cukup aku aja yang merasakan kaya gini, kalian jangan ya?
Aku rasa kalian harusnya bersyukur teman, kalian masih bisa berbuka puasa dengan minuman serta makan yang lezatnya mungkin belum pernah mampir dilidah ku. kalian masih bisa berbuka puasa bersama keluarga tercinta kalian, makan makanan kesukaan kalian yang dimasakin oleh ibu kalian, sungguh kalian jauh lebih beruntung dari aku.
Terus semangat ya teman buat puasanya, kelak kita pasti sampai pada hari kemenangan itu. Semoga cerita bodoh ku ini membuat kalian sedikit tersenyum.
Amin ya rabb…

salam hangat...
waslm.




Salamsenja@arief_muhammad…

Senin, 01 Agustus 2011

Cantik, kenapa kamu merokok?

Nggak tau kenapa otak kecil ini tiba-tiba diracuni rasa resah tentang ilusi ini(terlalu rumit untuk dijelaskan)
hei kau lelaki, ketika kalian dihadapi suatu pertanyaan “apa respon kalian ketika liat temen atau sahabat perempuan kalian merokok?”
ada beberapa tanggapan  yang pernah aku dengar,
si A :aku seh ngebiarin aja,keren kali law cew ngrokok tu?
si B :aku seh g setuju bgt,apa lagi dia tmen deket ku?langsung ku marah-marahin tu cew dan ku buang tu rokoknya?(apa marah itu tanda peduli?)
si C :aku seh ngebilangin dia buat g ngerokok,apa lagi ditempat umum?(tp si B juga ngerokok)
si D :aku seh ngebilangin tu cew buat berhenti merokok.(si D juga merokok,tp pengen berhenti merokok?)
etc…
Aaah rumit ya..?
terkadang ada diantara kita yang enggak peduli tentang itu,tapi ada juga diantara kita yang peduli bahkan sangat peduli tentang itu.
ketidak setujuan ku meliat wanita merokok itu ada!ntah kenapa tiba-tiba menjadi seperti ini…
tapi aku enggak mau munafik kalau aku juga seorang perokok,aku merasa belum pantas memberi nasehat kepada kalian wahai wanita perokok.
sadarku akan suatu petuah
“nasehat yang baik itu harus diikuti tauladan yang baik pula”
Namun setidaknya kalian harus sadar wahai wanita perokok kodrat dan tabiat kita berbeda?
coba kalian pikir para lelaki di luar sana saat mereka memegang dan menghisap sebatang rokok,apakah mereka langsung dikatakan “ah tu cowok bukan lelaki baik-baik”
(karna alasan lelaki itu merokok),kebanyakan orang berpendapat itu sudah menjadi hal yang biasa.
nah,sekarang andai kalian wahai wanita yang merokok?
kalian bakalan lansung dapat cap secara cuma-cuma yang tulisannya “kalian bukan wanita baik-baik” nggak setuju kan dibilang seperti itu?
tapi sayang kenapa seh kebanyakan dari kalian enggak menyadari tentang itu.
Cantik,kenapa seh kamu harus merokok?
apakah merokok buat kalian adalah suatu kebanggaan seperti halnya para lelaki?(semoga tidak)
apakah kalian takut dikatakan wanita lemah oleh teman-teman kalian kalau tidak merokok?(ikut-ikutan teman)
bukankah rasa malu seorang wanita lebih besar dari rasa malu seorang lelaki?
aku menasehati karena aku peduli,bahkan aku sampai marah itu juga karena aku peduli.(tapi kenapa kalian enggak ngerti bahkan disalah artikan)
apakah kalian pikir lelaki yang baik buat kalian adalah lelaki yang selalu membenarkan apa-apa yang kalian lakukan?
cantik,maafkan aku kalau cara ku salah…
ini hanyalah sebuah ilusi bodoh ku,kata-kata dan gaya bahasanya pun bukan seperti layaknya seorang pujangga yang pandai merangkai kata-kata
indah sehingga kalian terkejut kagum saat mendengar namanya.(aku hanya lelaki biasa)bukan lelaki yang pantas buat katakan ini semua.
maaf kalau buat kalian tersinggung wahai wanita yang cantik. (aku nggak bermaksud seperti itu)

*dialogsenjaku (sebuah keprihatinan saat melihat wanita yang dengan santainya merokok didepan umum)

Cantik,Ijinkan Aku Menunduk…


“Sesiapa yang menundukan pandangannya dari apa yang diharamkan Allah, maka Allah akan mengaruniakan hikmah pada lisannya, yang dengan itu iya memberikan petunjuk kepada orang-orang yang mendengarkannya. Sesiapa yang menundukan pandangannya dari syubhat, maka Allah akan menempatkan cahaya dalam hatinya, cahaya yang menerangi menuju jalan keridhaaan-Nya.”
( Abul Husain Al Warraq )
Menundukan pandangan…?
Yaa…kalian pasti lebih mengerti dari aku, aku hanyalah lelaki yang masih dungu dengan pemahaman agama, aku masih perlu belajar banyak dari kalian.
                Kalau kita berbincang tentang bagaimana cara untuk menundukan pandangan, aku yakin kalian punya cara sendiri-sendiri agar kalian bisa menundukan pandangan tentunya berpedoman pada ajaran agama yang sudah dituliskan pada Al Qur’an dan Sunah-sunah Rasul.oooh…lagi-lagi aku harus banyak belajar  dengan kalian,hee…
Salah satu sumber mengatakan Akses terbesar akal dan hati manusia pada dunia luar adalah melaluipandangan mata. Maka kondisi yang ada didalam sangat tergantung pada apa ia konsumsi melalui mata. Apakah ketaatan atau kema’shiatan. Celakanya, syaithan akan selalu mempunyai rencana yang keji bersamaan dengan setiap pandangaan mata yang diarahkan seseorang. Semoga kita termasuk  lelaki yang beriman yang Allah pilihkan jalan kesucian dengan menutup pintu-pintu syaithan.amin
Seperti  sebuah syair indah yang dikutip Syaikh ‘Abdul ‘aziz Al Ghazuli
Cantik, Ijinkan Aku Menunduk
Demi Allah,
Aku tak tahu apa harus ku kecam hawa nafsuku,
Atas cinta
Atau mataku yang menggoda, Ataukah hati ini
Jika kukecam hati, ia berkata : Gara-gara mata yang memandang…!
Dan jika ku hardik mata, ia berdalih: ini kesalahan hati!
Mata dan hati telah dialiri darah,
Maka wahai Rabbi, jadilah penolongku atas mata dan hati ini.

Sungguh, Dijaman yang sebebas  ini tantangan besar telah banyak menghadang didepan mata kita untuk bisa menundukan pandangan. Jika kita berandai-andai ketika ada seorang wanita berparas cantik terlihat berjalan didepan mata kita, sanggupkah kalian menahan pandangan untuk tidak melihatnya?
Kalian mungkin ada yang berfikir “waaaw, kenapa tidak dilihat mubajir kan?bukankah itu anugrah tuhan” ada juga yang berfikir sebaliknya dia memilih untuk menundukan pandangan karena takut bila ia melihat akan timbul pikiran-pikiran negatif, dsb.
 Aku rasa apa yang diajarkan agama kita adalah benar adanya, dan tidak ada keraguan lagi. Memandang sesuatu yang dapat menimbulkan pikiran negatif bukankah akan menimbulkan respon tubuh atau tindakan yang negatif pula kelak. Emang saya, anda, dan kalian dapat menjamin andai kita tetap melihat ( tidak menundukan pandangan ) bahwa tidak akan timbul pikiran negatif apalagi apa yang kita lihat berhubungan dengan nafsu.
Mungkin inilah saatnya kita untuk intropeksi diri, agar saya dan anda menjadi lebih baik.
Semoga kita diberi hidayah dan kekuatan untuk selalu menjalankan perintah-Nya.
Amin ya Rabb…

*dialogsenjaku ( sebuah inspirasi dari mas Salim A. Fillah )